“Maa, Takut! Itu Siapa?” (bagian I)

Jum'at, 02 November 2007 08:35 WIB | 13.212 kali
“Maa, Takut! Itu Siapa?” (bagian I)

Lebaran tiba. Saatnya handai taulan yang berjauhan dan berdekatan bersua. Suara-suara ceria segera terdengar. Apalagi aroma hidangan sedap hilir mudik menggoda hidung tiap orang yang dilewatinya. Tiba-tiba mobil sedan biru parker di depan rumah.

“Sssst… Si kecil Kania dating. Semuanya pura-pura nggak liat ya,” sedikit berteriak tuan rumah  seakan memberi instuksi pada semua orang yang orang yang telah hadir. Serentak semuanya yang hadir manggut-manggut dan segera nelanjutkan aktivitasnya.

Eiiits, bukan berarti tuan rumah orang-orang yang dimaksud memusuhi Kania loh. Apalagi Kania baru berusia tiga tahun. Mmmmh.. ada apa ya?

Ternyata, mereka semua sudah cukup belajar  dari pengalaman tahun lalu. Saat itu Kania tak habis-habisnya menangis ketakutan setiap setiap ada orang  yang menyapa atau mencium karena gemas. Ya, semua tahu, Kania kecil sangat takut pada orang asing atau bahkan saudara yang jarang ia temui. Alhasil semua harus pura-pura cuek pada si kecil Kania.

***

Merasa takut. Tak ada orang yang tak luput dari rasa takut. Kita pun mungkin pernah menemui balita yang takut pada orang yang belum dikenalnya. Saat masih bayi, si kecil tampak santai saja saat orang-orang dewasa mengilir tubuhnya bak trophy, berebut ingin menggendong. Sejalan dengan bertambahnya usia, belum juga genap satu tahun, anak pun jadi pilih-pilih. Melihat orang yang tak dikenal, serta merta ia langsung memeluk ayah dan ibunya.

Beri Kesempatan Anak untuk ’Bergaul’

Perasaan takut itu sendiri adalah fitrah semua manusia. Karena, dengan adanya rasa takut, manusia jadi waspada terhadap ancaman. Namun, apa bagaimana bila buah hati kita berubah menjadi orang yang hilang kendali akibat rasa takut yang berlebihan. Berguling, memeluk erat, menangis bahkan berteriak histeris pun dilakukan. Tentu tak ada orang tua yang tega melihatnya.

Apa sebab semua ini? Ternyata, ketakutan anak yang berlebihan itu tak luput dari pean serta orang-orang terdekat. Termasuk ayah dan ibu. ”Ketakutan itu terjadi bukan karena pola asuh. Tapi, lebih karena anak tidak dibiasakan dengan orang lain. Inilah yang disebut pola situasi dan kondisi,” jelas psikolog, Sri Yenawati.

Umumnya, anak-anak seperti Kania sejak awal tidak biasa diberi kesempatan untuk lebih mengenal orang asing. Alih-alih memberi kesempatan pada anak untuk berinteraksi, orang tua justeru sering memberi informasi yang salah dan menakut-nakuti anak pada sesuatu yang baru dilihatnya. (bersambung...)



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB